Iklan

Iklan

PEMKAB

SANTIAJI

BKPSDM

Penerjemahan Kitab Taurat ke Dialek Bugis Soppeng Tuai Pro Kontra

Selasa, 30 September 2025, September 30, 2025 WIB Last Updated 2025-09-29T22:58:09Z
DPRD



H.Andi Ahmad Saransi

Denws.id Soppeng-Polemik penerjemahan Kitab Taurat ke dalam bahasa Bugis dialek Soppeng oleh konsultan asing, Mr. Douglas Laskowke, M.A., memantik gelombang protes dari masyarakat Kabupaten Soppeng.


Publik merasa heran, sebab di daerah yang mayoritas beragama Islam dan sebagian Kristen itu, tidak ada satu pun komunitas Yahudi yang menjadi basis penggunanya.

Pertanyaan pun mengemuka: untuk siapa sesungguhnya terjemahan ini ditujukan? Apakah untuk kepentingan akademik, atau ada motif lain yang kurang jelas?

Tokoh literasi asal Soppeng, Andi Ahmad Saransi, dengan tegas menyampaikan kritiknya.“Satu peluru hanya bisa membunuh satu orang saja, sedangkan satu buku bisa meracuni ribuan pemikiran orang,” ucapnya kepada wartawan Selasa (30/9).

Peringatan ini bukan sekadar retorika. Dalam konteks literasi, sebuah buku memang bisa menjadi sarana pencerahan, namun juga dapat menjadi alat penetrasi pemikiran yang membahayakan bila tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

"Di satu sisi, kita perlu menghormati kerja intelektual, termasuk penerjemahan teks agama. Namun di sisi lain, ada aspek sosial dan kultural yang tidak boleh diabaikan,"jelas Ahmad Saransi.

Penerbitan kitab yang tidak memiliki relevansi dengan kondisi masyarakat bisa menimbulkan kecurigaan, bahkan perpecahan.

Terkait itu , ia meminta Pemerintah Kabupaten Soppeng bersikap arif dan tegas. Tidak sekadar menilai dari sisi akademik, tetapi juga dari sisi maslahat sosial.

"Literasi memang penting, tetapi harus tepat sasaran dan sesuai konteks. Jangan sampai keterbukaan literasi justru melahirkan keresahan di tengah masyarakat,"kata Ahmad Saransi.

Selain itu , dirinya menilai bahwa di titik inilah urgensi hadirnya regulasi dan kontrol literasi menjadi jelas. Masyarakat Soppeng tidak menolak ilmu pengetahuan, namun mereka berhak merasa khawatir jika sebuah karya justru berpotensi mengganggu harmoni yang sudah terjaga.

"Kehati-hatian adalah kunci. Sebab benar kata pepatah: peluru hanya menghancurkan tubuh, tetapi buku bisa mengubah cara berpikir dan itu jauh lebih dahsyat dampaknya,"tegasnya.(Rls)
Komentar

Tampilkan

  • Penerjemahan Kitab Taurat ke Dialek Bugis Soppeng Tuai Pro Kontra
  • 0

Terkini

Topik Populer

Iklan