Iklan

Iklan

DPRD

SANTIAJI

ALWI

BKPSDM

DANDIM

DPRD

LANTAS

KASATRESKRIM

Mappasessu Telah Terbitkan Karya Ilmiah "The Philosophy of La Galigo"

Senin, 18 Agustus 2025, Agustus 18, 2025 WIB Last Updated 2025-08-18T12:34:46Z




Penerbit buku "The Philosophy of La Galigo" :Mappasessu, S.H.,M.H.


Denews.id Soppeng-Sebuah karya ilmiah yang bukan sekadar buku berjudul The Philosophy of La Galigo, buku terbaru karya Mappasessu, S.H.,M.H., kini hadir sebagai undangan untuk kembali meneguk makna dari warisan agung masyarakat Bugis.


Diterbitkan oleh goresan pena, buku setebal 138 halaman ini terdiri dari 15 bab yang disusun rapi mengalir seperti sungai tua yang membawa ingatan dan kesadaran.

La Galigo, epos yang sering disebut sebagai karya sastra terpanjang di dunia, oleh Mappasessu tidak hanya dibaca sebagai cerita, melainkan sebagai peta filsafat hidup.


"La Galigo bukan sekadar epos sastra terpanjang di dunia,  tapi ia adalah peta filsafat hidup, kitab tubuh, dan zikir semesta bagi manusia Bugis,” tulis penulis dalam pengantar bukunya.


Melalui buku ini, pembaca diajak menatap langit dan bumi dari sudut pandang Bugis. Tiga dunia utama menjadi pijakan kosmologi Bugis: Boting Langi’ (langit atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Wurénna Lino (dunia bawah). 


Di antara ketiganya tumbuh pohon kosmik Welenrénngé atau poros kesadaran yang menghubungkan akar dan pucuk, bumi dan cahaya.


Buku ini juga mengangkat konsep Eppa Sulapa (empat unsur dasar) yaitu Api, Angin, Air, dan Tanah yang tak hanya menyusun tubuh manusia, tapi juga keseimbangan semesta.


Tokoh legendaris seperti Sawérigading, sang pelaut jiwa, muncul sebagai simbol pencarian diri, sementara We Tenriabeng, saudari kembar sekaligus cermin kebijaksanaan, hadir bukan untuk dimiliki, melainkan dipahami. 


Kemudian sosok bissu si penjaga kosmos yang melintasi batas-batas gender dan spiritualitas diangkat sebagai penjaga harmoni antara bumi dan langit, antara doa dan gerak.


Nilai-nilai bugis seperti Siri’ (Kehormatan), Pesse (empati), dan Lempu’ (Kejujuran) ditegaskan bukan sekadar konsep moral, melainkan napas kehidupan yang dijalani sehari-hari.


“Kita hidup di zaman ketika akar sering dilupakan. Ketika nilai lokal dianggap usang, dan tubuh kita tercerabut dari ritme bumi dan langit. Sehingga buku ini hadir untuk menjembatani antara masa lalu yang penuh kebijaksanaan dan masa kini yang haus arah,” kata Mappasessu kepada Denews.id pada Senin (18/8).

Komentar

Tampilkan

  • Mappasessu Telah Terbitkan Karya Ilmiah "The Philosophy of La Galigo"
  • 0

Terkini

Topik Populer

Iklan